Kedatuan Luwu (Addatuang Luwu)


Kedatuan Luwu merupakan salah satu kerajaan terbesar dan tertua di Sulawesi bahkan di Indonesia bagian Timur, Luwu dikenal juga sebagai “Bumi Sawerigading”. Nama tokoh Sawerigading sendiri adalah tokoh legenda yang telah menyatu dan membekas dalam kultur masyarakat Luwu yang pengaruh serta jejak petualangnya menyebar keseluruh Nusantara, Tanah Melayu, bahkan sampai ke negeri Cina. Sawerigading merupakan sosok lelaki perkasa keturunan dewa yang mempunyai kesaktian yang luar biasa dan sekaligus merupakan putra mahkota dari Raja, Pajung/Datu Luwu II Batara Lattu dan cucu dari pendiri kerajaan Luwu yaitu Batara Guru.

Kedatuan Luwu sebagai pemerintahan dimulai kurang lebih 16 abad yang lalu yaitu sejak Pajung /Datu Luwu I Batara Guru hingga ke masa Pajung/Datu Luwu Ke XXXIV Andi Djemma Petta Matinroe ri Amaradekanna. Pada awal berdirinya Kedatuan Luwu oleh Batara Guru, Ussu adalah wilayah yang dikenal dan dipercaya sebagai Pusat pemerintahan, kemudian dalam perkembangannya, sejarah mencatat bahwa ada empat kali pergantian Pusat pemerintahan setelah Ussu yaitu : oleh Pajung/Datu Luwu IV Anakkaji dipindahkan ke Mancapai sebelah selatan danau Towuti, kemudian oleh Datu Luwu Dewa Raja dipindahkan ke Kamanre, selanjutnya di Pattimang Malangke dan terahir dan hingga saat ini berpusat di kota Palopo.

Dalam perjalanan panjang sejarah berdirinya Kedatuan Luwu telah menghasilkan banyak warisan budaya serta tatanan nilai yang luhur, salah satunya adalah karya sastra besar I Laga Ligo yang dapat dijadikan sebagai suatu bukti bahwa betapa tingginya budaya dan nilai-nilai peradaban masyarakat Luwu pada masa lalu.

Pengaruh serta geografi Kedatuan Luwu semasa Pajung/Datu Luwu Ke XXXIV Andi Djemma meliputi sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara yaitu antara lain Afdeling Luwu meliputi lima onder afdeling yaitu Palopo, Masamba, Malili, Tana Toraja, Makale, Rantepao dan Kolaka.

Pajung/Datu Luwu Ke XXXIV Andi Djemma adalah pejuang nasional yang gigih melawan penjajahan Belanda serta rela meninggalkan istana dan menyatu bergerilya dengan rakyatnya berjuang demi kemerdekaan Republik Indonesia. Dimasa kepemimpinan Andi Djemma inilah tonggak sejarah masuknya Kedatuan Luwu kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk Republik Indonesia Andi Djemma dengan ihklas melepaskan tahtanya sebagai Raja Luwu dan Kepala Pemerintahan.
Sumber: http://kedatuanluwu.com